Operasi Militer Israel di Jenin: Bencana Kemanusiaan dan Ancaman Masa Depan Tepi Barat

wherearewegoing – Wali Kota Jenin, Mohammad Jarrar, menyamakan operasi militer Israel di Kamp Pengungsi Jenin dengan perang di Gaza. Dalam wawancara dengan Tv internasional pada Senin (20 Januari 2025), Jarrar mengungkapkan bahwa serangan Israel telah menghancurkan 120 bangunan dan mengusir 15.000 penduduk dari rumah mereka.

“Apa yang terjadi di Kota Jenin dan Kamp Pengungsi Jenin selama dua minggu terakhir ini mirip dengan perang di Gaza, tetapi dalam skala yang lebih kecil,” kata Jarrar. Ia menjelaskan bahwa 120 bangunan yang hancur tersebut terdiri dari ratusan unit hunian, yang berdampak pada ribuan keluarga.

Jarrar menggambarkan situasi di Jenin sebagai bencana besar. Ia menyebutkan bahwa ada kekurangan makanan, air, dan obat-obatan akibat terganggunya layanan selama operasi militer. Ia juga memperkirakan bahwa jumlah pengungsi akan terus meningkat.

Operasi militer Israel, yang diberi nama “Operasi Tembok Besi”, dimulai dua hari slot kamboja setelah tahap pertama gencatan senjata di Gaza. Israel mengklaim bahwa operasi ini bertujuan untuk menghancurkan “teroris dan infrastruktur teror” serta mencegah kembalinya terorisme ke kamp setelah operasi selesai.

Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, lebih dari 40 warga Palestina telah tewas di Tepi Barat sejak operasi militer dimulai, dengan 25 di antaranya berasal dari Jenin. Puluhan lainnya terluka dalam serangan tersebut.

Jarrar juga menyebutkan bahwa operasi militer ini bersifat politis, dengan beberapa pihak di pemerintah Israel berusaha untuk menganeksasi Tepi Barat dan mendorong warga Palestina untuk meninggalkan wilayah tersebut2. Ia mengatakan bahwa sekolah-sekolah mungkin akan dibuka untuk menampung para pengungsi, seperti yang terjadi selama perang 15 bulan di Gaza.

“Saat ini, kamp (Jenin) tidak dapat dihuni dan memerlukan upaya rekonstruksi besar-besaran untuk bisa berdiri kembali,” kata Jarrar. Ia menambahkan bahwa krisis ini sangat besar dan perumahan alternatif untuk para pengungsi mungkin diperlukan selama sekitar enam bulan.

Sementara itu, Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengatakan bahwa pasukan Israel akan tetap berada di Kamp Pengungsi Jenin setelah operasi selesai, yang menandai perubahan signifikan dalam kebijakan Israel2. Jarrar menyebut pernyataan Katz ini sebagai “mengkhawatirkan” dan mengangkat banyak pertanyaan tentang masa depan Tepi Barat, tidak hanya Jenin dan kampnya.

Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) juga mengungkapkan keprihatinannya atas situasi di Jenin. Dalam sebuah pernyataan, UNRWA menyebut Kamp Pengungsi Jenin sebagai “kota hantu” dan mengatakan bahwa operasi militer telah menyebabkan pengusiran paksa ribuan penduduk kamp, banyak di antaranya tidak memiliki tempat untuk kembali.

“Pemandangan mengejutkan di Tepi Barat hari ini merusak gencatan senjata yang rapuh di Gaza dan berisiko memicu eskalasi baru,” tambah pernyataan UNRWA.

Operasi militer Israel di Jenin telah menimbulkan kekhawatiran internasional dan memperburuk krisis kemanusiaan di wilayah tersebut. Warga Palestina terus menghadapi kekerasan dan pengusiran, sementara upaya diplomatik untuk menghentikan konflik terus berlanjut.